Banyak orang di desaku yang menggunakan ungkapan “جائته ساعته” jaa’athu saa‘atuhuu; mereka maksudkan dengan kalimat itu adalah sebagai saat kegilaannya atau saat kemarahannya atau saat khas yang maksudnya dimengerti pendengarnya.
Yang dimaksudkan dengan Sa‘ah itu adalah waktu secara mutlak. Orang-orang memutlakkan kata Sa‘ah itu kepada apa yang menyamai dengan salah satu dari 24 bagian kata “Yaum”, namun makna aslinya adalah waktu; dan Sa‘ah itu dimutlakkan kepada waktu yang diketahui pendengarnya seperti: Qiyamat Kubra atau perkara yang disepakati secara istilah atau konteknya.
Apabila kami berkata kepada musuh dengan mengancam:
قربت ساعتكم أو قربت الساعة
Maka, yang dimaksudkan dengan Sa‘ah dalam kalimat itu adalah waktu kehancuran mereka yang kami ancamkan dengan kalimat itu atau waktu kehancuran mereka telah dekat. Dan tidak mungkin yang dimaksudkan dengan kata Sa‘ah dalam kalimat itu adalah “Qiyamah Kubra” yakni Qiyamat besar telah dekat atau saat kesempatan benar-benar telah dekat.
Apabila kami membicarakan tentang perjalanan dimana Islam dalam perjalanan itu menghadapi kesulitan yang besar kemudian kami membicarakan sesudahnya tentang Sa‘ah, maka sungguh yang kami maksudkan adalah saat kebangkitannya setelah mengalami kehinaan ini, karena kontek tersebut yang menentukan makna demikian.
Apabila kami membicarakan tentang rukun Iman dan pentingnya amal saleh kemudian kami mendorong orang-orang agar beriman, kemudian kami membicarakan Sa‘ah, maka sesungguhnya yang kami maksudkan dengan Sa‘ah itu adalah saat Qiyamat mereka yang besar yang di dalamnya mereka akan dihisab di hadapan Allah Ta‘ala.
Kata Sa ‘ah dalam Al-Quranul-Karim dan Hadits
Sebagian orang menyangka bahwa kata Sa‘ah dalam Al-Quranil-Karim dan beberapa Hadits Nabi yang mulia tidak lain yang dimaksudkan kecuali dalam makna Hari Qiyamat besar; pendapat ini adalah salah besar dan telah menyebar di kalangan orang-orang Islam; dan tiada satu dalil pun yang memperkuat pendapat itu, bahkan di sana banyak dalil yang saling bertentangan; dalam Al-Quran dan Hadits telah disebutkan kata Sa‘ah beberapa kali bukan dalam makna Qiyamah; inilah sebagian contohnya:
Sesungguhnya Sa‘ah segera datang; Aku hampir-hampir mewujudkan itu, agar tiap-tiap jiwa mendapat balasan mengenai apa yang ia usahakan (Thaha, 20:16)
Apakah kalian tahu kepada siapa Allah berfirman demikian? Dia telah berfirman kepada Musa As. Apakah makna “أكاد أخفيها ؟” artinya “Aku hampir-hampir mewujudkan itu”. Tampak jelas bahwa pembicaraan itu adalah tentang peristiwa yang dekat sekali, hampir-hampir terjadi; itulah dia kebinasaan Firaun dan tertolongnya Musa As.
Aku telah dibangkitkan, aku dan Sa‘ah itu bagaikan dua ini, seraya beliau menggandeng antara kedua jari-jarinya, yaitu: jari telunjuk dan jari tengahnya (Al-Bukhari, Muslim dan Kanzul-Ummal, Juz XIV / 38348 dan38349 )
Sungguh 1420 tahun wafatnya Rasullah Saw telah berlalu, bersamaan dengan peristiwa kewafata beliau, ternyata Qiyamat Kubra tidak terjadi. Ketika itu beliau Saw bersabda sesungguhnya kebangkitan beliau berdekatan dengan Sa‘ah sebagaimana dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah; keduanya adalah dua jari-jari yang keberadaannya berdampingan, lalu apa makna Rasulullah Saw menghubungkan antara dua jari-jari itu? Maknanya adalah di sana tidak ada pemisah zaman antara zaman kehidupan Rasulullah Saw dan antara Sa‘ah itu; maksudnya adalah bahwa Sa‘ah itu akan dibuktikan dalam wujud kemuliaan kehidupan beliau Saw. Jadi, Sa ‘ah di sini adalah saat tertolongnya orang-orang Islam dan kehancuran orang-orang kafir, yaitu saat terhinanya berhala dan tertolongnya tauhid, artinya bahwa pertolongan itu berupa mengalahkan berhala-berhala Mekkah dalam masa kehidupan Nabi Saw, bukan terjadi pada masa sesudahnya sebagaimana telah terjadi pada sebagian Nabi-nabi dahulu, maka Musa As tidak memasuki tanah Muqaddas, bahkan para pengikut beliau yang memasukinya sesudah beliau wafat.
Coba bayangkan, bila di sini Sa‘ah itu dimaknai dengan Qiyamat Kubra (Qiyamat besar), lalu bagian apakah yang dapat diperoleh dari Hadits ini?
Dan orang-orang kafir tiada henti-hentinya dalam kebimbangan tentang itu sampai Sa‘ah mendatangi mereka dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka siksaan hari yang membinasakan (Al-Hajj, 22:56)
Orang-orang kafir akan menjadi ragu sampai Sa‘ah itu terjadi. Artinya keraguan mereka itu berlangsung terus sampai terjadinya Sa‘ah itu atau terjadinya adzab yang dahsyat. Sekiranya mereka mati sebelum itu pastilah keraguan mereka itu berakhir, karena itu wajib mereka hidup sampai Sa‘ah itu mendatangi mereka atau adzab ini datang. Lalu, apakah maksud Sa‘ah disini? Itulah saat kehancuran orang-orang kafir dan tertolongnya orang-orang Islam, artinya orang-orang kafir akan menjadi ragu akan kebenaran Islam sampai kebinasaan itu menimpa mereka lantaran tangan orang-orang Islam sebagai sergapan atau adzab Allah menimpa mereka.
Dan tidak mungkin maksud Sa‘ah dalam ayat itu adalah Qiyamat Kubra, karena perkataan itu tidak membenarkan bahwa orang-orang kafir akan menjadi ragu hingga datangnya Qiyamat. Kemudian bagaimana pilihan itu akan sempurna antara Qiyamat Kubra dan antara adzab yang dahsyat? Maka dari itu, Qiyamat mengandung adzab ini dan tidak ada pilihan antara Qiyamat dan adzab.
Siapa saja menghendaki kehidupan dunia, di sini pula Kami segerakan kepadanya apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami menghendaki itu, lalu Kami tentukan kepadanya Neraka Jahannam; ia akan memasuki Neraka itu terhina dan terlempar (Al-Isra, 17:19)
Syarat-syarat Sa‘ah artinya tanda -tandanya, maka jelaslah dari ayat itu bahwa tanda-tanda Sa‘ah itu benar-benar telah datang, dan itu akan datang dengan tiba-tiba artinya Sa‘ah itu datang menyergap orang-orang kafir Mekkah. Adapun jika dimaksudkan dengan Sa‘ah itu adalah Qiyamat Kubra, berarti masksud makna Qiyamat itu sangat melemahkan ayat ini, lalu apakah tanda-tanda Qiyamat Kubra yang telah terjadi pada zaman Rasulullah Saw? Tidak ada kebenaran sedikit pun. Wahai Allah, tiada lain mereka itu menganggap bahwa bangkitnya Rasulullah Saw adalah tanda yang telah tampak! Dan berikut ini pendapat inilah yang telah kami robohkan.
Pasukan gabungan akan segera dikalahkan dengan lari tunggang langgang dan berbalik punggung (Al-Qamar, 54:46)
Ayat yang telah mengancam orang-orang kafir Mekkah bahwa mereka itu akan dihancurkan dengan kehancuran yang buruk dan mereka dipalingkan ke belakang, wahai penduduk Mekkah sesungguhnya saat kehancuran yang akan menimpa kalian adalah kehancuran yang lebih keras daripada saat yang telah menimpah kaum Firaun; Apabila Firaun benar-benar telah ditenggelamkan akan tetapi kerajaannya masih ada bayangan sesudahnya; adapun kalian akan kehilangan segala-galanya dan Rasulullah Saw akan membuka Mekkah dan kekuasaan berhala berakhir untuk selama-lamanya. Ketahuilah bahwa ayat ini datang dalam kontek ini:
وَلَقَدْ جَاءَ آلَ فِرْعَوْنَ النُّذُرُ () كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا كُلِّهَا فَأَخَذْنَاهُمْ أَخْذَ عَزِيزٍ مُقْتَدِرٍ () أَكُفَّارُكُمْ خَيْرٌ مِنْ أُولَئِكُمْ أَمْ لَكُمْ بَرَاءَةٌ فِي الزُّبُرِ () أَمْ يَقُولُونَ نَحْنُ جَمِيعٌ مُنْتَصِرٌ () سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ ()
Dan sesungguhnya peringatan telah datang kepada orang-orang Firaun. Mereka semua mendustakan semua tanda bukti Kami, maka Kami timpakan kepada mereka siksaan Tuhan Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa. Apakah orang-orang kafir kamu lebih baik daripada mereka, atau apakah kamu mempunyai kebebasan (tersebut) dalam Kitab?. Atau apakah mereka berkata: Kami adalah pasukan gabungan untuk saling menolong. Pasukan gabungan akan segera dikalahkan dengan lari tunggang langgang dan berbalik punggung (Al-Qamar, 54:42-46)
Cukuplah dengan beberapa contoh ini; jika dirasa masih kurang sebenarnya masih lebih banyak dari beberapa contoh itu.
Apakah yang dapat kami ambil faedah dari pokok persoalan ini?
Apakah itu fikiran yang melantur? Tidak, bahkan ini adalah nubuwatan Rasulullah Saw yang berkaitan dengan Sa‘ah yang Ulama menamakannya tanda-tanda Sa‘ah yang tidak dikhususkan dengan Hari Qiyamat Kubra, bahkan itulah nubuwwatan tentang proses perjalanan yang berbeda-beda; dan yang paling penting adalah proses perjalanan datangnya Al-Masih Al-Mau‘ud As.
Karena itu ketika Ulama menceriterakan tentang tanda-tanda kecil dan tanda-tanda besar, maka mungkin pembicaraan mereka itu mengandung tanda-tanda yang berkaitan dengan proses perjalanan kecil dalam sejarah Islam, sedangkan tanda-tanda yang berkaitan dengan proses perjalanan yang besar dan penting ialah kebangkitan Imam Mahdi. Adapun jika semua itu dikaitkan dengan Qiyamah Kubra, maka pengertian yang demikian itu adalah kesalahan fatal, karena Qiyamat Kubra tidak akan datang kecuali dengan tiba-tiba dan juga menyebabkan bahwa ayat-ayat terdahulu dan lain-lainnya serta Hadits-hadits Nabawi menjadi tidak bermakna.
Sebagian Ulama lagi berpendapat bahwa Juz Amma banyak membicarakan tentang Qiyamat Kubra dan sungguh mereka melakukan kesalahan dalam persoalan itu, bahkan “juz amma” membicarakan tentang nubuwatan masa akan datang, sebagiannya berkaitan dengan zaman Rasulullah Saw dan pertolongan kepadanya; ketahuilah bahwa “juz amma” itu diturunkan sebagai penampakan kebangkitan kenabian yang dinubuwatkan tertolongnya Saw dan sebagiannya berkaitan dengan kebangkitan Al-Masih Al-Mau‘ud As dan pertolong baginya.
Sungguh Khalifatul-Masih Ar-Rabi, Hadhrat Mirza Thahir Ahmad Ra telah mengisyaratkan tentang program yang besar “Liqa’a Ma‘al ‘Arab” sampai kepada persoalan yang lebih penting daripada makna-makna Sa ‘ah … saat Sayyidina Muhammad Al-Mushthafa Saw artinya saat datangnya pertolongan yang membinasakan:
... لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ ...
Agar Ia memenangkan agama itu di atas sekalian agama (Ash-Shaff, 61:10)
Maka seluruh dunia, tanpa kecuali menyaksikan kebenarannya dengan argumentasi dan bukti serta agamanya mengungguli semua agama. Dan bagaimana seorang muslim mengekpresikan terjadinya Qiyamat dan lenyapnya dunia ini sebelum janji ini menjadi kenyataan!!
Dan pertolongan ini akan sempurna pada tangan pelayan dan pecinta sejatinya, yaitu Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Al-Masih Al-Mau‘ud dan Imam Mahdi As; dan sesudah itu yang berada pada puncak Jamaahnya adalah para Khalifahnya yang mulia.
Dan inilah yang sedang ditegakkan Jamaah ini sejak awal berdirinya, sebab tiada tujuan baginya, selain menghilangkan himpunan kekaburan (kesamaran) yang telah merusak Islam dengan upaya perjuangan sebagian anak-anaknya dan yang senantiasa sibuk mengkhidmatinya sehingga musuh-musuh Islam semakin mendendam.
Yang dimaksudkan dengan Sa‘ah itu adalah waktu secara mutlak. Orang-orang memutlakkan kata Sa‘ah itu kepada apa yang menyamai dengan salah satu dari 24 bagian kata “Yaum”, namun makna aslinya adalah waktu; dan Sa‘ah itu dimutlakkan kepada waktu yang diketahui pendengarnya seperti: Qiyamat Kubra atau perkara yang disepakati secara istilah atau konteknya.
Apabila kami berkata kepada musuh dengan mengancam:
قربت ساعتكم أو قربت الساعة
Maka, yang dimaksudkan dengan Sa‘ah dalam kalimat itu adalah waktu kehancuran mereka yang kami ancamkan dengan kalimat itu atau waktu kehancuran mereka telah dekat. Dan tidak mungkin yang dimaksudkan dengan kata Sa‘ah dalam kalimat itu adalah “Qiyamah Kubra” yakni Qiyamat besar telah dekat atau saat kesempatan benar-benar telah dekat.
Apabila kami membicarakan tentang perjalanan dimana Islam dalam perjalanan itu menghadapi kesulitan yang besar kemudian kami membicarakan sesudahnya tentang Sa‘ah, maka sungguh yang kami maksudkan adalah saat kebangkitannya setelah mengalami kehinaan ini, karena kontek tersebut yang menentukan makna demikian.
Apabila kami membicarakan tentang rukun Iman dan pentingnya amal saleh kemudian kami mendorong orang-orang agar beriman, kemudian kami membicarakan Sa‘ah, maka sesungguhnya yang kami maksudkan dengan Sa‘ah itu adalah saat Qiyamat mereka yang besar yang di dalamnya mereka akan dihisab di hadapan Allah Ta‘ala.
Kata Sa ‘ah dalam Al-Quranul-Karim dan Hadits
Sebagian orang menyangka bahwa kata Sa‘ah dalam Al-Quranil-Karim dan beberapa Hadits Nabi yang mulia tidak lain yang dimaksudkan kecuali dalam makna Hari Qiyamat besar; pendapat ini adalah salah besar dan telah menyebar di kalangan orang-orang Islam; dan tiada satu dalil pun yang memperkuat pendapat itu, bahkan di sana banyak dalil yang saling bertentangan; dalam Al-Quran dan Hadits telah disebutkan kata Sa‘ah beberapa kali bukan dalam makna Qiyamah; inilah sebagian contohnya:
- Contoh pertama adalah firman Allah Ta‘ala:
Sesungguhnya Sa‘ah segera datang; Aku hampir-hampir mewujudkan itu, agar tiap-tiap jiwa mendapat balasan mengenai apa yang ia usahakan (Thaha, 20:16)
Apakah kalian tahu kepada siapa Allah berfirman demikian? Dia telah berfirman kepada Musa As. Apakah makna “أكاد أخفيها ؟” artinya “Aku hampir-hampir mewujudkan itu”. Tampak jelas bahwa pembicaraan itu adalah tentang peristiwa yang dekat sekali, hampir-hampir terjadi; itulah dia kebinasaan Firaun dan tertolongnya Musa As.
- Contoh kedua adalah sabda Rasulullah Saw:
Aku telah dibangkitkan, aku dan Sa‘ah itu bagaikan dua ini, seraya beliau menggandeng antara kedua jari-jarinya, yaitu: jari telunjuk dan jari tengahnya (Al-Bukhari, Muslim dan Kanzul-Ummal, Juz XIV / 38348 dan38349 )
Sungguh 1420 tahun wafatnya Rasullah Saw telah berlalu, bersamaan dengan peristiwa kewafata beliau, ternyata Qiyamat Kubra tidak terjadi. Ketika itu beliau Saw bersabda sesungguhnya kebangkitan beliau berdekatan dengan Sa‘ah sebagaimana dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah; keduanya adalah dua jari-jari yang keberadaannya berdampingan, lalu apa makna Rasulullah Saw menghubungkan antara dua jari-jari itu? Maknanya adalah di sana tidak ada pemisah zaman antara zaman kehidupan Rasulullah Saw dan antara Sa‘ah itu; maksudnya adalah bahwa Sa‘ah itu akan dibuktikan dalam wujud kemuliaan kehidupan beliau Saw. Jadi, Sa ‘ah di sini adalah saat tertolongnya orang-orang Islam dan kehancuran orang-orang kafir, yaitu saat terhinanya berhala dan tertolongnya tauhid, artinya bahwa pertolongan itu berupa mengalahkan berhala-berhala Mekkah dalam masa kehidupan Nabi Saw, bukan terjadi pada masa sesudahnya sebagaimana telah terjadi pada sebagian Nabi-nabi dahulu, maka Musa As tidak memasuki tanah Muqaddas, bahkan para pengikut beliau yang memasukinya sesudah beliau wafat.
Coba bayangkan, bila di sini Sa‘ah itu dimaknai dengan Qiyamat Kubra (Qiyamat besar), lalu bagian apakah yang dapat diperoleh dari Hadits ini?
- Contoh ketiga firman Allah Ta‘ala
Dan orang-orang kafir tiada henti-hentinya dalam kebimbangan tentang itu sampai Sa‘ah mendatangi mereka dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka siksaan hari yang membinasakan (Al-Hajj, 22:56)
Orang-orang kafir akan menjadi ragu sampai Sa‘ah itu terjadi. Artinya keraguan mereka itu berlangsung terus sampai terjadinya Sa‘ah itu atau terjadinya adzab yang dahsyat. Sekiranya mereka mati sebelum itu pastilah keraguan mereka itu berakhir, karena itu wajib mereka hidup sampai Sa‘ah itu mendatangi mereka atau adzab ini datang. Lalu, apakah maksud Sa‘ah disini? Itulah saat kehancuran orang-orang kafir dan tertolongnya orang-orang Islam, artinya orang-orang kafir akan menjadi ragu akan kebenaran Islam sampai kebinasaan itu menimpa mereka lantaran tangan orang-orang Islam sebagai sergapan atau adzab Allah menimpa mereka.
Dan tidak mungkin maksud Sa‘ah dalam ayat itu adalah Qiyamat Kubra, karena perkataan itu tidak membenarkan bahwa orang-orang kafir akan menjadi ragu hingga datangnya Qiyamat. Kemudian bagaimana pilihan itu akan sempurna antara Qiyamat Kubra dan antara adzab yang dahsyat? Maka dari itu, Qiyamat mengandung adzab ini dan tidak ada pilihan antara Qiyamat dan adzab.
- Contoh keempat firman Allah Ta ‘ala
Siapa saja menghendaki kehidupan dunia, di sini pula Kami segerakan kepadanya apa yang Kami kehendaki bagi siapa yang Kami menghendaki itu, lalu Kami tentukan kepadanya Neraka Jahannam; ia akan memasuki Neraka itu terhina dan terlempar (Al-Isra, 17:19)
Syarat-syarat Sa‘ah artinya tanda -tandanya, maka jelaslah dari ayat itu bahwa tanda-tanda Sa‘ah itu benar-benar telah datang, dan itu akan datang dengan tiba-tiba artinya Sa‘ah itu datang menyergap orang-orang kafir Mekkah. Adapun jika dimaksudkan dengan Sa‘ah itu adalah Qiyamat Kubra, berarti masksud makna Qiyamat itu sangat melemahkan ayat ini, lalu apakah tanda-tanda Qiyamat Kubra yang telah terjadi pada zaman Rasulullah Saw? Tidak ada kebenaran sedikit pun. Wahai Allah, tiada lain mereka itu menganggap bahwa bangkitnya Rasulullah Saw adalah tanda yang telah tampak! Dan berikut ini pendapat inilah yang telah kami robohkan.
- Contoh kelima firman Allah Ta‘ala
Pasukan gabungan akan segera dikalahkan dengan lari tunggang langgang dan berbalik punggung (Al-Qamar, 54:46)
Ayat yang telah mengancam orang-orang kafir Mekkah bahwa mereka itu akan dihancurkan dengan kehancuran yang buruk dan mereka dipalingkan ke belakang, wahai penduduk Mekkah sesungguhnya saat kehancuran yang akan menimpa kalian adalah kehancuran yang lebih keras daripada saat yang telah menimpah kaum Firaun; Apabila Firaun benar-benar telah ditenggelamkan akan tetapi kerajaannya masih ada bayangan sesudahnya; adapun kalian akan kehilangan segala-galanya dan Rasulullah Saw akan membuka Mekkah dan kekuasaan berhala berakhir untuk selama-lamanya. Ketahuilah bahwa ayat ini datang dalam kontek ini:
وَلَقَدْ جَاءَ آلَ فِرْعَوْنَ النُّذُرُ () كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا كُلِّهَا فَأَخَذْنَاهُمْ أَخْذَ عَزِيزٍ مُقْتَدِرٍ () أَكُفَّارُكُمْ خَيْرٌ مِنْ أُولَئِكُمْ أَمْ لَكُمْ بَرَاءَةٌ فِي الزُّبُرِ () أَمْ يَقُولُونَ نَحْنُ جَمِيعٌ مُنْتَصِرٌ () سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ ()
Dan sesungguhnya peringatan telah datang kepada orang-orang Firaun. Mereka semua mendustakan semua tanda bukti Kami, maka Kami timpakan kepada mereka siksaan Tuhan Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa. Apakah orang-orang kafir kamu lebih baik daripada mereka, atau apakah kamu mempunyai kebebasan (tersebut) dalam Kitab?. Atau apakah mereka berkata: Kami adalah pasukan gabungan untuk saling menolong. Pasukan gabungan akan segera dikalahkan dengan lari tunggang langgang dan berbalik punggung (Al-Qamar, 54:42-46)
Cukuplah dengan beberapa contoh ini; jika dirasa masih kurang sebenarnya masih lebih banyak dari beberapa contoh itu.
Apakah yang dapat kami ambil faedah dari pokok persoalan ini?
Apakah itu fikiran yang melantur? Tidak, bahkan ini adalah nubuwatan Rasulullah Saw yang berkaitan dengan Sa‘ah yang Ulama menamakannya tanda-tanda Sa‘ah yang tidak dikhususkan dengan Hari Qiyamat Kubra, bahkan itulah nubuwwatan tentang proses perjalanan yang berbeda-beda; dan yang paling penting adalah proses perjalanan datangnya Al-Masih Al-Mau‘ud As.
Karena itu ketika Ulama menceriterakan tentang tanda-tanda kecil dan tanda-tanda besar, maka mungkin pembicaraan mereka itu mengandung tanda-tanda yang berkaitan dengan proses perjalanan kecil dalam sejarah Islam, sedangkan tanda-tanda yang berkaitan dengan proses perjalanan yang besar dan penting ialah kebangkitan Imam Mahdi. Adapun jika semua itu dikaitkan dengan Qiyamah Kubra, maka pengertian yang demikian itu adalah kesalahan fatal, karena Qiyamat Kubra tidak akan datang kecuali dengan tiba-tiba dan juga menyebabkan bahwa ayat-ayat terdahulu dan lain-lainnya serta Hadits-hadits Nabawi menjadi tidak bermakna.
Sebagian Ulama lagi berpendapat bahwa Juz Amma banyak membicarakan tentang Qiyamat Kubra dan sungguh mereka melakukan kesalahan dalam persoalan itu, bahkan “juz amma” membicarakan tentang nubuwatan masa akan datang, sebagiannya berkaitan dengan zaman Rasulullah Saw dan pertolongan kepadanya; ketahuilah bahwa “juz amma” itu diturunkan sebagai penampakan kebangkitan kenabian yang dinubuwatkan tertolongnya Saw dan sebagiannya berkaitan dengan kebangkitan Al-Masih Al-Mau‘ud As dan pertolong baginya.
Sungguh Khalifatul-Masih Ar-Rabi, Hadhrat Mirza Thahir Ahmad Ra telah mengisyaratkan tentang program yang besar “Liqa’a Ma‘al ‘Arab” sampai kepada persoalan yang lebih penting daripada makna-makna Sa ‘ah … saat Sayyidina Muhammad Al-Mushthafa Saw artinya saat datangnya pertolongan yang membinasakan:
... لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ ...
Agar Ia memenangkan agama itu di atas sekalian agama (Ash-Shaff, 61:10)
Maka seluruh dunia, tanpa kecuali menyaksikan kebenarannya dengan argumentasi dan bukti serta agamanya mengungguli semua agama. Dan bagaimana seorang muslim mengekpresikan terjadinya Qiyamat dan lenyapnya dunia ini sebelum janji ini menjadi kenyataan!!
Dan pertolongan ini akan sempurna pada tangan pelayan dan pecinta sejatinya, yaitu Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Al-Masih Al-Mau‘ud dan Imam Mahdi As; dan sesudah itu yang berada pada puncak Jamaahnya adalah para Khalifahnya yang mulia.
Dan inilah yang sedang ditegakkan Jamaah ini sejak awal berdirinya, sebab tiada tujuan baginya, selain menghilangkan himpunan kekaburan (kesamaran) yang telah merusak Islam dengan upaya perjuangan sebagian anak-anaknya dan yang senantiasa sibuk mengkhidmatinya sehingga musuh-musuh Islam semakin mendendam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar